Thursday 15 January 2009

Suara Anak Gaza

Ibu, hari ini ibu kenapa?
Ibu terlihat tidak sehat
Apa karena kepergian ayah kemarin?
Saat rudal-rudal panas menghancurkan kota
Aku tidak pernah melihat ayah lagi
Aku juga tidak pernah melihat kakak sejak itu
Apa masih banyak anak-anak yang bernasib sama denganku?
Karena kudengar dentuman bom itu,
terjadi ratusan kali.

Ibu, hari ini aku ingin main diluar
Apa ibu masih melarangku seperti kemarin?
Apa ibu takut aku bermain dengan rudal-rudal Israel?
Apa ibu takut aku akan menyusul ayah dan kakak?
Karena kudengar dentuman bom itu,
terjadi ratusan kali.

Ibu, hari ini kita makan apa?
Bagaimana jika hari ini aku yang berbelanja?
Tapi... Aku minta uang lebih dari biasanya
Semua harga makanan naik, bu
Namun, jika uang kita habis,
Aku akan ikut berbaris mengambil makanan,
Yang diberikan oleh warga dunia yang baik hati.
Karena mereka juga mendengar dentuman bom itu,
terjadi ratusan kali.

Ibu, kapan dentuman bom ini akan berakhir?
Aku tidak mau terus menunggu seperti titahmu, bu.
Aku bosan bu, aku bosan...
Wednesday 14 January 2009

Renungan Gedung SAMPAH!

Motor ini membawaku menuju suatu tempat yang belum pernah saya datangi sebelumnya. Meski masih di bilangan Jakarta Barat, namun lama sekali rasanya perjalanan ini kutempuh. Saya mengantuk, mata saya perih, debu jalanan seakan sudah menumpuk di pelupuk mata. Pikirku, untuk apa orang berjalan jauh-jauh sampai ke daerah ini?
Sampailah saya pada suatu perkampungan kumuh. Jalanan tadi sudah cukup buruk, ternyata tidak lebih buruk dari perkampungan yang berdiri dari sampah ini. Ya, sampah dimana-mana. Mungkin saya bisa menemukan kaleng susu bear brand yang saya buang kemarin karena nampaknya semua sampah Jakarta Barat bermuara disini. Lalu kulihat sebuah gedung berdiri kokoh diantara sampah-sampah itu. Gedung itu bersih, seakan menjadi bangunan paling apik disana.
Itulah tujuan saya. Saya masuk ke gedung itu. Banyak sekali orang menunggu, seperti di ruang tunggu Rumah Sakit, tapi mereka tidak sakit. Saya bertemu bapak dan ibu saya disana yang juga sedang menunggu. Mereka menunggu sebuah keputusan: pisah atau tidak.
Ironis memang. Gedung ini dibuat jauh dari peradaban. Namun, masih banyak saja orang datang untuk menuntut sebuah perpisahan disana. Saya tidak suka. Lalu saya keluar, mencoba berpikir bahwa jalan hidup ini yang terbaik, untuk tidak memilih keduanya: bapak atau ibu.
Lalu saya pergi meninggalkan gedung itu, Pengadilan Agama Jakarta Barat.
Saya tidak sedih.
Hanya muak...
Ya, saya muak!

author

author

About Me

My Photo
farichah
chirpy duckling, petrichor addict, criminal mind, a rookie writer, believed that zombies are exist
View my complete profile

scrap

scrap

once upon

once upon

Friends

follow or not

follow or not

Followers

visitor

visitor

Tinggalkan jejak anda...

doodle

doodle
Powered by Blogger.